Kamis, 22 Desember 2011

sosiologi agama



BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Pluralisme agama menghadapkan kita pada dua tantangan, yakni teologis dan sosiologis. Secara teologis kita dihadapkan pada tantangan iman, bagaimana mendefinisikan iman di tengah keragaman iman yang ada. Jika dilihat dari sisi sosiologisnya, kita juga dihadapkkan pada fakta sosialnya, bagaimana hubungan antara umat beragama, lebih dikhususkan lagi hubungan antar iman di tengah pluraisme agama.
            Secara fakta sosial, pluralisme agama sering memicu terjadinya konflik. Banyak adanya faktor yang dapat menjelaskannya. Salah satunya yaitu masih kuatnya hambatan teologis di kalangan umat beragama untuk menerima adanya pluralisme agama. Sehingga yang tadinya harus ada sikap toleransi terhadap umat beragama, kini yang ada malah sikap intoleran.
            Indonesia memiliki dua organisasi keagamaan besar, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Antara kedua organisasi ini, memiliki perbedaan visi politik maupun perbedaan yang bersifat umum. Dengan adanya perbedaan-perbedaan yang ada menyebabkan diantara keduanya terlihat jelas jaraknya. Dan berakibat tidak produktifnya bagi perkembangan wacana kebangsaan maupun keagamaan. Sepanjang perjalanan kedua organisasi besar ini, selalu diwarnai dengan kooperasi, kompetisi sekaligus konffrontasi.
            Maka dari itu, saya melakukan pengamatan yang menunjukkan adanya perbedaan antara kedua organisasi kegamaan besar tersebut, yang ada di tempat tinggal saya, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kotamadya Magelang.


2.      RUMUSAN MASALAH
1)      Bagaimana perbedaan yang ada antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah?
2)      Bagaimana kehidupan organisasi keagamaan yang ada di kelurahan Cacaban?
3)      Bagaimana kompetisi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di kelurahan Cacaban?
4)      Bagaimana kerjasama yang terjalin antara kedua organisasi keagamaan yang ada?
5)      Apakah sering terjadi konflik antara kedua organisasi ini?

3.      TUJUAN PENULISAN
1)      Untuk mengetahui perbedaan yang ada antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
2)      Untuk mengetahui kehidupan organisasi keagamaan yang ada di Kelurahan Cacaban.
3)      Untuk mengetahui kompetisi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah di Kelurahan Cacaban.
4)      Mengetahui kerjasama yang terjalin antara kedua organisasi keagamaan yang ada.
5)      Mengetahui apakah pernah terjadi konflik.
6)      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Agama.



BAB II
PEMBAHASAN

a.       Perbedaan antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Berdiri pada 18 November 1912. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik (ini dibuktikan dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah yang berjumlah ribuan). Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
            Nahdlatul Ulama juga merupakan organisasi besar yang ada di Indonesia. Berdiri tanggal 31 Januari 1926. Organisasi ini bergerak di bidang pendidikan, social, dan ekonomi. NU menganut paham sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim (aqli) dan kaum ekstrim (naqli). Karena itu sumber pemikiran NU  tidak hanya dari Al Quran dan Sunah tetapi juga dari kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Usaha organisasi ini misalnya di bidang agama yaitu dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan, di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang bernilai Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa NU yang sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di pulau Jawa. Di bidang social budaya, yaitu mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, telah dibuktikan dengan lahirnya BMT dan badan keuangan lain yang membantu kesejahteraan rakyat. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

b.      Kehidupan Organisasi Keagamaan Yang Ada di Kelurahan Cacaban
Di tempat tinggal saya, terlihat jelas adanya perbedaan organisasi tersebut. Dalam satu daerah saja bisa menganut dua paham, yaitu sebagian mengikuti paham Muhammadiyah dan sebagian lagi paham Nahdlatul Ulama. Karena adanya perbedaan tersebut, yang namanya hidup di masyarakat, tentu akan menimbulkan suatu konflik ataupun kerjasama. Namun semua itu merupakan suatu kewajaran. Memang dari dulu kedua organisasi besar ini selalu bersaing.

c.       Konflik yang Pernah Terjadi
Merupakan suatu hal yang wajar jika dalam suatu perbedaan itu menimbulkan konflik. Namun di daerah saya, konflik karena perbedaan paham yang di anut ditanggapi secara positif oleh masyarakatnya. Konflik yang pernah terjadi, misalnya saja perbedaan jumlah rekaat pada saat shalat tarawih, perbedaan cara setelah shalat berjamaah, dan juga yang sudah sering kita dengar selama ini, perbedaan hari raya Idul Fitri.
            Dulu ketika takmir masjid yang ada di daerah saya, dipegang oleh orang-orang yang mengikuti paham Muhammadiyah, segala aturan dan cara-cara beribadah juga mengikutinya. Misalnya ketika shalat tarawih, jumlah rakaatnya sebelas, dan sebelum shalat witir, diselingi adanya kultum. Dan pada saat selesai shalat berjamaah tidak pernah menggunakan puji-pujian. Selesai shalat mereka langsung meninggalkan masjid. Ketika Idul Fitri pun, mereka juga melaksanakan shalat id terlebih dahulu daripada orang-orang yang mengikuti NU. Dapat dilihat juga cara orang-orang yang perpaham Muhammadiyah, melaksanakan ibadahnya secara singkat. Mereka juga tidak mengenal yang namanya tahlilan,yasinan, dan kenduri. Sampai pada saat pemakaman orang yang meninggal, mereka tidak mempergunakan bunga, seperti yang biasa kita lihat di kebanyakan daerah. Pernah waktu itu ada salah seorang yang meninggal, dapat dikatakan orang tersebut adalah takmir masjid yang berpaham Muhammadiyah, dan pada saat itu otomatis yang mengurus jenasahnya adalah warga setempat, sehingga mereka telah bersiap-siap meronce bunga untuk acara pemakamannya, tapi setelah semuanya siap salah seorang dari teman yang meinggal tersebut untuk menyingkirkan bunga-bunga yang telah dipersiapkan tadi. Dan pada akhirnya semua yang telah dipersiapkan, disingkirkan. Prosesi pemakamannya pun mengikuti cara-cara yang telah ditetapkan dalam adat Muhammadiyah.
            Dan setelah takmir masjid meninggal, digantikan oleh orang yang mengikuti Nahdlatul Ulama. Segala proses ibadahpun berubah total. Pelaksanaan shalat tarawih, yang tadinya berjumlah sebelas rekaat, kini menjadi 23 rekaat, dan diantara shalat tarawih dan witir tidak ada kultum. Untuk melaksanakan shalat Idul Fitri pun mengikuti dengan apa yang ditetapkan pemerintah.
Namun, yang mungkin menimbulkan suatu pertanyaan yaitu, orang-orang yang semula berpaham Muhammadiyah, mereka kini tidak pernah mengikuti ibadah di masjid tersebut. pada saat bulan puasa, mereka mempergunakan rumah salah satu warga untuk melaksanakan shalat tarawih. Bahkan mungkin dalam kehidupan sehari-haripun mereka menjadi kurang akur. 

d.      Kerjasama antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
Dalam hidup di masyarakat yang terjadi tidak hanya konflik, tetapi harus juga terjalin suatu yang namanya kerjasama. Contohnya adalah pada saat mengadakan keerja bakti, acara tirakatan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan, dan juga mendirikan TPA. Mereka berusaha tetap menjalin kerukunan, karena mereka juga berfikir harus ada sikap kerukunan diantara manusia, meskipun mereka memiliki perbedaan.

  1. Kompetisi Antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah
Sudah dikatakan diatas tadi bahwa antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah banyak sekali memiliki perbedaan. Jika dilihat dari tujuan sampai pada  segi pendukungnya pun juga berbeda. Dan yang lebih terlihat menonjol adalah adalah dari partai politik yang mendukung masing-masing juga berbeda. Jika Muhammadiyah mungkin lebih banyak yang mendukung Partai Amanat Nasional (PAN), dan jika dari Nahdlatul Ulama mungkin  Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PKBU, PNU, PKU dan Partai SUNI. Kompetisi dan konstelasi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, sepanjang Orde Lama dan Orde Baru, tampak dari rivalitas keduanya dalam Masyumi sepanjang tahun 1945-1952 dan di PPP sepanjang tahun 1973-1984, respon terhadap Demokrasi Terpimpin dan Nasakom, serta respons terhadap rezim Orba. Belum lagi persaingan dalam memperebutkan berbagai jabatan politik. Karena itu, dapat dimengerti bila persaingan ini pada akhirnya juga merambah bidang lain, termasuk pendekatan dalam mengembangkan civil society.
Juga dapat dilihat di lingkungan saya tinggal, kejadian semacam itu dapat dibuktikan. Sehingga jika dalam pemilu mungkin dapat terlihat jelas bahwa sebagian pendukung Muhammadiyah dan sebagian lagi mendukung NU, dan banyak juga yang netral.











BAB III
KESIMPULAN

Di Indonesia terdapat dua organisasi keagamaan yang besar. Yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dan tentunya diantara keduanya memiliki perbedaan, antara lain yaitu  Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Dan Muhammadiyah telah melakukan hal yang positif, yaitu mendirikan panti social, rumah sakit, dan lembaga pendidikan di seluruh wilayah di Indonesia.
Sedangkan Nahdlatul Ulama menganut paham sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim (aqli) dan kaum ekstrim (naqli). Karena itu sumber pemikiran NU  tidak hanya dari Al Quran dan Sunah tetapi juga dari kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Usaha organisasi ini misalnya di bidang agama yaitu dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan, di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang bernilai Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang bernuansa NU. Di bidang social budaya, yaitu mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Di lingkungan saya dapat terlihat jelas adanya perbedaan organisasi tersebut. Dalam satu daerah saja bisa menganut dua paham, yaitu sebagian mengikuti paham Muhammadiyah dan sebagian lagi paham Nahdlatul Ulama.
Konflik yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya, karena adanya perbedaan paham yaitu, perbedaan jumlah rekaat pada saat shalat tarawih, perbedaan cara setelah shalat berjamaah, yang sudah sering kita dengar selama ini, perbedaan hari raya Idul Fitri, perbedaan dalam cara pemakaman orang yang meninggal, dan lainnya.
Namun dalam hidup bermasyarakat mereka tetap hidup rukun. Misalnya tetap ada yang namanya kerja bakti dan acara lain yang mungkin memaksa mereka untuk tetap bersama-sama.
Kompetisi antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah adalah dalam praktek politik. persaingan dalam memperebutkan berbagai jabatan politik. persaingan dalam memperebutkan berbagai jabatan politik.





















DAFTAR PUSTAKA

Haludhi, Khuslan. 2004. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama Islam. Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar