Kamis, 22 Desember 2011

teori interaksionisme simbolik


Teori interaksionisme simbolik menjelaskan tindakan manusia dalam menjalin hubungan dengan sesame anggota masyarakat, dan terdapat asumsi-asumsi yang ditetapkan oleh teori yang bersangkutan. Focus pengamatan teori ini tidak terhadap struktur, tetapi tentang bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya diproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Masyarakat sebagai objek kajian sosiologi, didalamnya terdapat struktur social (social culture) dan pranata social (social institution). Fakta social terdiri dari: kelompok, kesatuan masyarakat tertentu (societies), system social, posisi, peranan, nilai-nilai keluarga, pemerintah dan sebagainya.
Teori interaksionalisme simbolik, memiliki dasar bahwa manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka, yang artinya bahwa orang tidak bertindak terhadap berbagai hal ini, tetapi terhadap makna yang dikandungnya. Selain itu juga bahwa makna dari berbagai hal itu muncul interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Dalam teori ini, individu-individu akan memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga karakeristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Dalam interaksi, bahasa sangatlah penting, karena digunakan sebagai komunikasi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Bahasa dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk menamai maupun menjuluki orang, objek dan pariwisata.
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang tidak dan selalu bergantung kepada orang lain untuk melakukan segala aktivitasnya. Manusia merupakan makhluk monodualitas, dimana ia adalah makhluk hidup yang mempunyai kesadaran sendiri untuk beraktifitas dengan dunianya serta kesadaran untuk hidup dalam sebuah komunitas.
Contoh dari penerapan teori interksionalisme simbolik yang ada di masyarakat, salah satunya adalah hubungan yang terjalin antara seorang ketua RT dengan anggota masyarakatnya, dimana diantara keduanya akan terjalin suatu hubungan yang saling menguntungkan dan tentunya juga saling mempengaruhi. Ketua RT membutuhkan anggota masyarakat untuk mendukung kerjanya, dan anggota masyarakat membutuhkan ketua RT sebagai kepala dalam hidup di masyarakat, misalnya saja dalam proses pembuatan KTP, disini seorang ketua RT sangan berperan penting. Tanpa adanya ketua RT, tentu seorang anggota masyarakat tidak bisa menyelesaikan proses pembuatan KTPnya.
Telah disebutkan tadi, bahwa anggota masyarakat akan memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungannya tersebut. Di sisi ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya. Interaksi yang telah disebuutkan antara ketua RT dan anggota masyarakat dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain.
Dalam pengkajian berkomunikasi menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses dari inteaksi yang membangun, memelihara dan mengubah kebiasaan-kebiasaan termasuk dalam bahasa dan simbol-simbol. Dan komunikasi merupakan penyambung antar anggota masyarakat, dimana mereka akan menjauhkan dari hal-hal yang menyebabkan kerusakan dalam masyarakat.


1 komentar: