Selasa, 20 Desember 2011

sosiologi politik


Hakekat Komunikasi Politik
Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan “gabungan” dua disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian dan proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi dan politik. Komunikasi adalah, suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,gagasan) dari suatu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya, pada umunya komunikasi dilakukan secara verbal atau lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Politik adalah proes pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khusunya dalam Negara. Sedangkan pengertian komuniasi politik adalah, komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemeintah. Dengan pengertian ini sebagai sebuah ilmu terapan komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara yang memerintah dan yang diperintah.

Ruang Lingkup Komunikasi Politik
Nimmo menyebutkan cakupan komunikasi politik terdiri dari komunikator politik, pesan politik, persuasi politik, media komunikasi politik, khalayak komunikasi politik dan efek (akibat) komunikasi politik.
Berikut Penjabaran Ruang Lingkup Komunikasi Politik dalam Bagan





 





Sifat Pembicaraan
 
Bahasa

 
                                                                                                                       
Ruang Lingkup Komunikasi Politik
 
Media Komunikasi Politik
 
Tidak Langsung
 
Langsung
 
Efek Komunikasi Politik
 
Publik
 
Massa
 
Khalayak Komunikasi Politik
 
Pemilu
 
Media Massa
 
Pers
 
Pragmatika
 
Personalitas
 
Sosial
 
Stimulus Respons
 
Kognitif
 
Persuasi Politik
 
Motivasi
 
Semiotika
 
           













Keterangan dalam bagan
Komunikator Politik
Meskipun setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, namun yang melakukannya secara tetap dan berkesinambungan jumlahnya relatif sedikit. Walaupun sedikit, para komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Dan Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut:
1.    Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudukatif. 
2.    Profesional
Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik mediamassa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus.
3.    Aktivis
Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal.
Pesan Politik
Pesan Politik sangatlah erat kaitannya dengan Pembicaraan Politik, Bagaimana pembicaraan politik itu?
1.    Jenis pembicaraan Politik
Menurut David V.J Bell (dalam Nimmo, 1989) meyakini terdapat tiga jenis pembicaraan yang mempunyai kepentingan politik. Yaitu:
a.       Pembicaraan kekuasaan merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji.
b.      Pembicaraan pengaruh merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan
c.       Pembicaraan autoritas adalah pemberian perintah.

2.    Sifat Pembicaraan Politik
a.       Kegiatan simbolik: kata-kata dalam pembicaraan politik.
Kegiatan simbolik terdiri atas orang-orang yang menyusun makna dan tanggapan bersama terhadap perwujudan lambang-lambang referensial dan kondensasi dalam bentuk kata-kata, gambar, dan perilaku. Dengan mengatakan bahwa makna dan tanggapan itu berasal dari pengambilan peran bersama, kita meminta perhatian kepada orang untuk memainkan peran. Hal ini berlaku baik bagi lambang politik maupun bagi lambang jenis apapun.
b.      Bahasa: permainan kata dalam pembicaraan politik.
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang tersusun dari kombinasi lambang-lambang signifikan (tanda dengan makna dan tanggapan bersama bagi orang-orang), di dalamnya  signifikasi itu lebih penting daripada situasi langsung tempat bahasa itu digunakan, dan lambang-lambang itu digabungkan menurut aturan-aturan tertentu.
Dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama, ia merupakan instrumen pokok dalam menceritakan realitas. Berger, Peter dan Thomas Luckman (dalam Ibnu Hamad, 2004) meyakini bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Dalam komunikasi politik penggunaan bahasa menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Fiske (1990) dalam Cultural and Communication Studies, menambahkan bahwa penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetap bahkan menciptakan realitas.
c.       Semiotika: makna dan aturan permainan kata politik.
Pesan-pesan yang dihasilkan dari hasil pengaruh dari para peserta komunikasi banyak bentuknya dan menghasilkan berbagai makna, struktur, dan akibat. Studi tentang keragaman itu merupakan satu segi dari ilmu semiotika, yakni teori umum tentang tanda dan bahasa. Charles Morris (dalam Nimmo, 1989) menyatakan bahwa semiotika membahas keragaman bahasa dari tiga perspektif: semantika (studi tentang makna); sintaktika ( berurusan dengan kaidah dan struktur yang menghubungkan tanda-tanda satu sama lain; dan pragmatika (analisis penggunaan dan akibat permainan kata).
d.      Pragmatika: penggunaan pembicaraan politik.
·         Meyakinkan dan membangkitkan massa: pembicaraan politik untuk pencapaian material.
·         Autoritas sosial: pembicaraan politik untuk peningkatan status.
·         Ungkapan personal: pembicaraan politik untuk identitas.
·         Diskusi publik: pembicaraan politik untuk pemberian informasi.

Persuasi Politik
Menurut Otto Lerbinger di dalam bukunya Design for persuasive communication, ada beberapa model untuk merekayasa persuasi, antara lain sebagai berikut.
1.    Stimulus respons
Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi. Misalnya jika seseorang selalu kelihatan berdua terus-menerus sepanjang waktu dan satu saat hanya terlihat sendiri, maka orang lain akan merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap dan sudah dipastikan orang akan bertanya ke mana temannya itu. Melalui slogan atau magic word tertentu dalam iklan seperti kata-kata “three in one”, orang akan ingat pembatasan penumpang minimal tiga orang dalam satu mobil ketika melewati Jalan Protokol, Jalan Tamrin, dan Jalan Sudirman, Jakarta pada jam tertentu.
2.    Kognitif
Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatan pemahaman, mudah dimengerti, dan logis bisa diterima. Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis. Artinya, ide atau informasi yang disampaikan tersebut tidak bisa diterima sebelum dikenakan alasan yang jelas dan wajar.
3.    Motivasi
Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan sesuatu ganjaran tertentu. Dengan memotivasi melalui pujian, hadiah, dan iming-iming janji tertentu melalui berkomunikasi, maka lambat-laun orang bersangkutan bisa mengubah opininya.
4.    Sosial
Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan, artinya pesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial yang bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan. Misalnya, kampanye iklan mobil mewah lebih berhasil kalau menonjolkan sesuatu yang “prestise” daripada menampilkan kelebihan mesin dan irit bahan bakarnya karena konsumen berduit lebih memperhatikan penampilan status sosialnya.
5.    Personalitas
Model persuasi di sini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon dari khalayak tertentu.
Media Komunikasi Politik
Media Sangatlah Dibutuhkan Dalam Penyebaran kepentingan-kepentingan politik, kita bisa mengetahui informasi politik melalui media. Dalam hal ini terdapat 3 media politik, yakni:
1.    Pers
Salah satu Input dari informasi politik adalah melalui pers, dari pers ini informasi politik dapat sampai ke media massa
2.    Media Massa
Cukup banyak  jenis-jenis media massa baik cetak maupun elektronik seperti, koran, televisi, internet,Radio, dll, kesemuanya itu sangat membantu komunikasi politik
3.    Pemilu
Salah satu media dalam meraih suatu kekuasaan adalah melalui pemilu, disini para orang-orang berkepentingan dapat berkampanye demi tujuan politis, begitu juga para warga negara dapat menjadi partisipan politik.
Khalayak Komunikasi Politik
Dalam kaidah komunikasi politik sendiri, secara umum khalayak dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) bagian besar: massa dan publik. Dua bagian ini memiliki beragam kesamaan dan perbedaan sebagai berikut :
1.    Massa
Massa pada dasarnya adalah sekumpulan orang yang mengalami kejadian tertentu, tanpa memperhitungkan keberadaan dan lokasi mereka. Yang menyatukan mereka adalah kesamaan pengalaman atas suatu kejadian tertentu. Mereka dalam hal ini mengikuti jalannya aktiviats yang melibatkan perhatian mereka. Perlu diingat bahwa timbulnya massa ini adalah karena perkembangan teknologi media (radio, televisi, internet) yang memungkinkan banyak orang di banyak wilayah mengikuti kejadian yang sama lewat media massa tersebut.
Keberadaannya yang tidak terikat jaraklah yang menyebabkan massa berbeda dari kerumunan (crowd). Massa juga cenderung heterogen, dan diisi oleh individu-individu yang tidak secara integral dapat dipetakan karakternya. Massa dianggap memiliki kesamaan karena mereka yang tergabung di dalamnya memiliki kesamaan kepentingan. Ikatan kuat inilah yang menyatukan sekumpulan orang yang dinamakan ‘massa’.
2.    Publik
Publik dapat diartikan sebagai bagian dari massa yang tertarik pada masalah-masalah sosial atau masyarakat, atau dalam konteks ini politik. Publik biasanya memiliki kesamaan dalam hal karakter individu yang terlibat di dalamnya. Setiap individu tadi memiliki kecenderungan sama dengan individu lain yang lebih aktif (atau paling aktif) dalam sebuah komunitas publik.

Efek Komunikasi Politik
1.    Efek komunikasi secara langsung, menurut Johan Gardner dalam bukunya “A Sythesis of Expremintal Studies of Speech Communiccation Feedback” menyatakan bahwa feedback dan efek komunikasi secara langsung adalah reaksi langsung yang dilihat atau dirasakan oleh komunikan, hal ini bersifat terikat pada waktu sebab efek langsung ini terjadi ketika komunikasi juga dijalankan secara langsung. Contoh: saya berkampanye kepada SBY, dengan bertemu secara langsung untuk memilih saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. Misalnya SBY langsung memberikan reaksi akan mendukung bahkan sampai menjadi tim sukses.
2.    Efek secara tidak langsung bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak menentukan pilihan. Namun jika ketika pemilihan umum beliau memilih saya berarti efek komunikasi yang dirasakan tidak secara langsung oleh saya sebagai komunikator politik.

Fungsi Komunikasi Politik
              Menurut Sumarno (1993:28) fungsi komunikasi politik dapat dibedakan kepada dua bagian. Pertama, fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik) atau disebut pula dengan istilah the governmental political sphere, berisikan informasi yang menyangkut kepada seluruh kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Isi komunikasi ditujukan kepada upaya untuk mewujudkan loyalitas dan integritas nasional untuk mencapai tujuan negara yang lebih luas. Kedua, fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik) yang disebut pula dengan istilah the socio political sphere, yaitu sebagai agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan, dimana kedua fungsi tersebut sebagai proses komunikasi yang berlangsung di antara kelompok asosiasi dan proses penyampaian atau penyaluran isi komunikasi terhadap pemerintah dari hasil agregasi dan artikulasi tersebut. Apabila dilihat secara umum, maka fungsi komuniksi politik pada hakekatnya sebagai jembatan penghubung antara suprastruktur dan infrastruktur yang bersifat interdependensi dalam ruang lingkup negara. Komuniksi ini bersifat timbal balik atau dalam pengertian lain saling merespons sehingga mencapai saling pengertian dan diorientasikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar